Belut merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk
tubuh bulat, licin, memanjang dilengkapi dengan sirip punggung. Dalam
klasifikasi perikanan yang berlaku di Indonesia jenis ikan ini diperinci
sebagai berikut:
- Kelas : Pisces
- Subkelas : Teleostei
- Ordo : Synbranchoidae
- Famili : Synbranchoidae
Struktur tubuh belut tidak memiliki sirip dada,
punggung, dan dubur. Tubuh belut juga tidak bersisik dan bersirip perut.
Letak dubur berada di bagian belakang badan.
Belut mempunyai peluang pasar ekspor yang cukup
prospektif, sehingga perlu dikembangkan budidaya skala industri.
Permintaan belut dinegara-negara Asia mencapai hampir 60 ton setiap
hari. Negara-negara pengimpor belut antara lain Hongkong, Perancis,
Belgia, Spanyol, Jepang, Belanda, Jerman, dan Denmark. Selain pasar luar
negeri, di dalam negeripun permintaan untuk komoditi ini cukup tinggi.
Sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari belut yang dikemas dalam
bentuk pepes, belut asap, kripik, abon dan dendeng belut dan lain-lain.
Sedangkan untuk keperluan ekspor yang diminati adalah belut segar, beku,
dan asap.
Jenis-Jenis Belut
Belut memiliki beberapa jenis, misalnya: Belut sawah, Belut rawa dan Belut bermata sangat kecil.
1. Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw)
Panjang badan belut sawah adalah 20 x
tingginya, di punggung bagian belakang perut terdapat permulaan sirip,
dan belut sawah ini mempunyai tiga lengkung insang.
2. Belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell)
Panjang badan belut rawa adalah 30 x tingginya.
Letak permulaan sirip punggung berada di muka dubur. Belut rawa
memiliki lubang insang kecil terletak di bagian
perut dan memiliki empat lengkung insang.
3. Belut bermata sangat kecil (Macrotrema caligans/Cantor)
Belut ini mempunyai mata yang sangat kecil
berada di atas bibir bagian tengah, letak permulaan sirip punggung
berada di bagian tengah dubur dan memiliki empat lengkung insang.
Dari tiga jenis belut di atas hanya belut sawah
yang banyak dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa dan belut
bermata kecil tidak banyak dikenal oleh masyarakat, karena jumlahnya
sangat terbatas.
Cara Budidaya Belut
Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya
ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah
penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya
pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh
langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut
secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga
penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada
keberadaan belut di alam.
Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:
A. Persyaratan Lokasi
- Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
- Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
- Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
- Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
B. Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari
bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan
lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung
kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara
0,8 – 1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.
Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
2. Jerami
3. Pelapah pisang
4. Bambu
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
6. Air
7. Cangkul, parang,
2. Jerami
3. Pelapah pisang
4. Bambu
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
6. Air
7. Cangkul, parang,
C. Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal
10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10
cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu
dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10
cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi.
Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata.
Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air
hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat
bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.
Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:
D. Kolam Budidaya
Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup
dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan,
dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter
dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan
mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini
diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang
sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air
diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna
menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman
20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud
kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm
atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali
lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali
ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air
yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.
Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.
Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.
Pemeliharaan
I. PROSES PEMBENIHAN
Proses pembenihan belut diawali dengan menyiapkan bibit induk belut 2 macam ukuran yang berbeda umur yaitu:
- Belut yang panjangnya antara 20-30 cm. Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin.
- Belut yang panjangnya sudah lebih 40 cm. Belut ini berfungsi sebagai pejantan.
Belut yang dimasukkan dalam kolam peternakan
adalah satu ekor jantan dan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 meter
persegi. Proses pembenihan belut melalui pemijahan berbeda dengan
pemijahan jenis-jenis ikan lain pada umumnya yang lebih banyak
pejantannya dibanding betina. Selama pemijahan air harus tetap mengalir,
walau secara pelahan-lahan.
Berikut dijelaskan proses pemeliharaan belut:
a. Pemeriksaan induk
Setelah induk-induk dimasukkan dalam kolam
perkawinan (peternakan), kolam harus diperiksa setiap hari. Kalau mulai
terlihat gelembung-gelembung busa, tandanya belut sudah membuat lubang
perkawinan. Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan
menancapkan ajir bambu, guna memudahkan penangkapan benih hasil
perkawinan nanti. Busa tersebut akan tetap terlihat sampai sepuluh hari
kemudian, setelah itu akan menghilang. Hilangnya busa ini menunjukkan
kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.
Menetasnya telur tinggal menunggu waktu saja.
Biasanya dalam sepuluh hari kemudian telur-telur sudah menetas. Sebelum
telur menetas kita harus selalu mengawasinya dengan baik.
Setelah menetas dan anak-anak belut berumur 5-8
hari, sebaiknya benih-benih tersebut segera diambil. Pada umur ini
benih belut belum mampu menyebar ke berbagai penjuru untuk menggali
lubang dan masih tetap berkumpul di lubang sarang induknya. Ukuran benih
pada saat ditangkap kira-kira baru sepanjang 1,5 - 2,5 cm dan untuk
menangkap benih ini sebaiknya kolam jangan dikeringkan. Pertama
tangkaplah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala sodoran
bermata lembut. Selanjutnya
induk-induk lain dipindahkan ke kolam penampungan induk.
b. Tanda-tanda kelamin belut
Ciri-ciri kelamin belut betina adalah
panjangnya antara 10-30 cm, kulitnya berwarna lebih cerah/muda dan
bentuk kepalanya runcing sedang belut jantan panjangnya antara 30-50,
warna kulitnya lebih tua dan bentuk kepalanya tumpul. Sifat kelamin pada
belut dapat berubah-ubah atau Progynus Hermaphrodite dimana seekor
belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina, masa
jantan, dan akhirnya dapat menjadi kanibal (saling bunuh dan makan antar
mereka).
c. Pendewasaan belut
Membesarkan benih belut diperlukan kolam
pemeliharaan yang cukup persediaan makanan, dan cukup sehat lingkungan
guna pertumbuhan yang baik.
Jumlah benih yang bisa ditebarkan dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m². Jadi untuk kolam seluas 100 m² bisa ditebarkan benih sebanyak 50.000 ekor belut. Masa pemeliharaan benih belut ini tak boleh lebih dari 2 bulan karena kolam harus dibongkar dan diperbaharui lagi bahan organiknya. Hasil yang bisa dipungut adalah belut berukuran 5-8 cm. Jadi untuk memperolah belut konsumsi yang berukuran 30 cm ke atas jelas masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut. Tapi bagi pedagang benih, anak belut berukuran 5-8 cm ini sudah bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat menguntungkan.
Jumlah benih yang bisa ditebarkan dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m². Jadi untuk kolam seluas 100 m² bisa ditebarkan benih sebanyak 50.000 ekor belut. Masa pemeliharaan benih belut ini tak boleh lebih dari 2 bulan karena kolam harus dibongkar dan diperbaharui lagi bahan organiknya. Hasil yang bisa dipungut adalah belut berukuran 5-8 cm. Jadi untuk memperolah belut konsumsi yang berukuran 30 cm ke atas jelas masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut. Tapi bagi pedagang benih, anak belut berukuran 5-8 cm ini sudah bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat menguntungkan.
II. PERBANYAKAN INDUK
Untuk bisa menjadi ikan konsumsi yang disukai,
diperlukan pemeliharaan kurang lebih 4 bulan. Memelihara induk belut
bisa dipergunakan kolam lain seluas 100 m² atau lebih. Persiapannya
mirip dengan membuat kolam pemeliharaan atau pembesaran benih. Jadi
diperlukan penyediaan bahan-bahan organik (sekam padi, dedak kasar,
pupuk kandang, dan ikatan-ikatan merang atau jerami) seperti pada
permulaan. Tetapi jumlah belut yang kita pelihara per meter perseginya
harus dikurangi. Cukup 100 ekor benih belut berukuran 5-8 cm saja untuk
per meter persegi kolam. Untuk kolam pemeliharaan seluas 100 m² bisa
dipelihara belut sebanyak 10.000 ekor saja.
Supaya lebih mempercepat pertumbuhan belut muda,
bisa dibantu dengan memberikan makanan tambahan berupa cincangan siput,
larva serangga atau cacing. Dua bulan kemudian belut konsumsi sudah
siap dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memasang bubu-bubu berumpun
pada malam hari, sebelum pemanenan dilakukan keesokan harinya dengan
cara mengeringkan kolam. Hasilnya adalah ikan-ikan belut berukuran 25-30
cm. Belut-belut serupa inilah yang paling banyak dicari konsumen.
III. MAKANAN POKOK DAN MAKANAN TAMBAHAN
Pada waktu masih kecil belut, memakan jasad-jasad
renik. Jika telah dewasa memakan juga larva-larva, serangga, cacing
tanah serta benih-benih ikan yang masih lemah. Sedangkan makanan
tambahan adalah seperti tepung ikan,
dedak, bekatul, pelet, sisa-sisa dapur, nasi dan lain
sebagainya.
Pemanenan
Waktu Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan bertahap, selama
pemeliharaan dengan waktu 6 bulan bisa dipanen sebanyak 6 kali. Panenan
pertama dapat dilakukan setelah 1,5 bulan dari mulai benih dimasukan.
Panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 minggu sekali. Tiap pemanenan
sebaiknya dilakukan pada bagian yang terendam air saja. Jadi tempat
sarang mereka tidak terganggu. Kecuali pada panen total di mana seluruh
tanah lumpur sarang mereka dibongkar semuanya.
Kalau menginginkan panen bertahap terus-menerus,
selama itu pula tempat sarang mereka jangan diganggu. Atau dapat
digunakan sistem 2 bak yang saling berhubungan. Semula keduanya
merupakan bak tempat berkembang biak, setelah diadakan panen pertama bak
yang satu tetap sebagai tempat berkembang biak sedang yang satunya lagi
sebagai tempat pengambilan. Kedua bak ini dibatasi dinding penyekat.
Pada dinding tersebut dibuat lubang penghubung yang berfungsi sebagai
jalan para belut berpindah tempat dari bak pembiakan ke bak pengambilan.
Permukaan bak pengambilan dibuat lebih rendah sehingga belut yang sudah
terlanjur pindah kemari tidak dapat balik lagi ke bak pembiakan.
Pengolahan Belut
Produk Olahan Belut
Badan belut dipisahkan dengan cara membuang
bagian kepala, isi perut dan insangnya, potongan badan belut tersebut
direntangkan di atas talenan. Daging belut tersebut bisa diolah menjadi
berbagai masakan melalui cara disetup, direbus, disemur, digoreng,
dipepes, maupun dipanggang. Cara memasaknya bisa dibiarkan tetap utuh,
dipotong-potong (kalau besar) atau dibuat filet (irisan-irisan yang
tidak lagi berduri). Sebelum diolah daging belut perlu dibersihkan dulu
dari lendirnya, dengan cara memberi abu atau meneterasinya dengan air
jeruk nipis. Selanjutnya belut dicuci bersih setelah dikerok badannya
dengan pisau tumpul.
Setelah lendir bersih, letakkan belut diatas
nyiru yang telah diberi alas daun jati. Kemudian perut dibelah
memanjang. Untuk membuang isi kotoran, jangan sampai membasahi daging,
yang berakibat rasa daging akan menjadi pahit. Perut dibersihkan sampai
tulang punggung, lalu insang dibuang, dan ekornya dipotong.
Cara membuat dendeng belut
Daging belut yang sudah dibersihkan, kemudian
ditumbuk agar bentuknya menipis dan melebar. Setelah itu dicuci bersih,
lalu direndam dalam bumbu dendeng yang terbuat dari bawang merah,
tumbar, jinten, gula asam dan bawang putih.
Setelah direndam dalam bumbu selama 20 menit,
keringkan daging tersebut pada sinar matahari. Untuk menghindari
kerumunan lalat dan kerusakan oleh mikroba, sebaiknya dibuatkan
pengeringan khusus dari plastik (rumah plastik).
Cara membuat belut asap
Cara membuat masakan belut asap yaitu setelah
daging dicuci bersih. Selanjutnya direndam dalam bumbu yang terdiri dari
garam dapur, sendawa, gula dan merica. Kemudian direndam selama 1-2
jam, daging dicuci dengan air bersih, lalu dicelupkan dalam air panas
sebentar. Selanjutnya daging ditiriskan dengan cara digantungkan selama 3
jam. Daging belut yang telah ditiriskan bisa langsung diasap dengan
bahan bakar yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang pada
suhu tinggi akan menjadi komponen-komponen asap seperti: karbonil, asam
organik, alkohol, fenol, basa organik, hidrokarbon, dan gas-gas
lainnya. Asap yang mengandung fenol dapat mempengaruhi rasa dan aroma,
bisa sebagai antioksidan dan membuat warna coklat menarik.
Pembuatan asap juga dapat dilakukan dengan cara
menaburkan bahan di atas arang membara, lalu diperciki air gula atau
minyak lemak untuk membuat aroma lebih sedap. Setelah itu pengasapan
daging bisa dimulai.
Lama Pengasapan daging belut sangat tergantung dari suhu asap,
ruang pengasapan, keadaan udara, ukuran bahan, dan hasil yang
diinginkan si pembuat. Apabila pengasapan mempergunakan suhu rendah
(27-32 °C) memerlukan waktu sampai lima hari dan apinya tak boleh padam.
Tetapi kalau mau memakai suhu tinggi, mula-mula dilakukan pada suhu 32
°C selama 4 jam, baru kemudian dilanjutkan pada suhu 55-65 selama 2-3
jam.
Cara membuat sate belut
Setelah belut dibersihkan isi perutnya, daging
belut dibelah pada bagian punggungnya menyusuri tulang punggung sampai
terbuka. Hilangkan tulang-tulang dan bagian kepalanya, selanjutnya
daging dipotong-potong melintang sesuai ukuran yang diinginkan (kurang
lebih 12 cm). Kemudian potongan daging ditusuk dengan 3-4 buah tusuk
sate sampai terbuka seluruhnya.
Sebelum dipanggang bilaslah dahulu dagingnya
dengan air panas, direbus sebentar saja, lalu dimasukkan dalam saus
bumbu. Selanjutnya daging dipanggang di atas bara sambil sekali-kali
dicelupkan dalam bumbu. Sate belut sudah cukup matang apabila warnanya
sudah terlihat kecoklat-kecoklatan. Sate belut sangat sedap dihidangkan
dengan bumbu kecap atau saus kacang.
Penutup
Kesimpulan
Budidaya belut tidak membutuhkan lahan yang luas,
cukup dengan membangun kolam dari drum/tong, kolam tembok, dan kolam
jaring. Belut juga mempunyai nilai gizi yang tinggi, terutama kandungan
protein dan kalorinya, yang dikonsumsi dengan cara mengolah menjadi menu
masakan seperti direbus, disemur, digoreng, dipepes, maupun dipanggang
atau disate.
Prospek bisnis belut juga sangat bagus. Jika
dibudidayakan secara sungguh-sungguh dapat menambah penghasilan
Untuk pemasarannya juga sangat mudah, sampai sekarang
kebutuhan belut dalam negeri belum mencukupi, apalagi belut juga
merupakan komoditas ekspor yang cukup banyak peminatnya di luar negeri.
Daftar Pustaka
- Drs. Ruslan Roy .MM. 2006. Petunjuk Praktis Beternak Belut – Budidaya di Kolam tembok, Kolam jaring, Drum – Jakarta : PT. Agro Media Pustaka –
- Ir. Abbas Siregar Djarijah.2006. Budi Daya belut – Mengulas Tatacara Membudidayakan Belut Sawah, sejak Penyiapan Kolam, Penyediaan Benih, Pemberian Pakan, Perawatan hingga Pemanenan - Yogyakarta : Kanisius.
- Ir.Hieronymus Budi Santoso. 2003. Pemeliharaan dan Pembesaran Belut – Salah Satu Komoditas - Unggulan Perikanan – Yogyakarta : Kanisius.Ir. H. Rahmat Rukmana – Budi Daya Belut – Yogyakarta : Kanisius.
- [1982]. Beternak belut: mari mencoba sendiri
- B. Sarwono. 1997. Budidaya belut dan sidat. Penebar Swadaya. Jakarta.
- http://budidayafurniture.blogspot.com/2007/09/belut.html
- http://shw.fotopages.com/17405492.html
- http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/05/budidaya-belut-2/
mg berguna..
BalasHapus