Minggu, 11 Maret 2012

Budidaya Belut

Pengantar
Belut sawah
Belut merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh bulat, licin, memanjang dilengkapi dengan sirip punggung. Dalam klasifikasi perikanan yang berlaku di Indonesia jenis ikan ini diperinci sebagai berikut:
  • Kelas : Pisces
  • Subkelas : Teleostei
  • Ordo : Synbranchoidae
  • Famili : Synbranchoidae
Struktur tubuh belut tidak memiliki sirip dada, punggung, dan dubur. Tubuh belut juga tidak bersisik dan bersirip perut. Letak dubur berada di bagian belakang badan.
Belut mempunyai peluang pasar ekspor yang cukup prospektif, sehingga perlu dikembangkan budidaya skala industri. Permintaan belut dinegara-negara Asia mencapai hampir 60 ton setiap hari. Negara-negara pengimpor belut antara lain Hongkong, Perancis, Belgia, Spanyol, Jepang, Belanda, Jerman, dan Denmark. Selain pasar luar negeri, di dalam negeripun permintaan untuk komoditi ini cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari belut yang dikemas dalam bentuk pepes, belut asap, kripik, abon dan dendeng belut dan lain-lain. Sedangkan untuk keperluan ekspor yang diminati adalah belut segar, beku, dan asap.

Jenis-Jenis Belut
Belut memiliki beberapa jenis, misalnya: Belut sawah, Belut rawa dan Belut bermata sangat kecil.
1. Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw)
Belut sawah
Panjang badan belut sawah adalah 20 x tingginya, di punggung bagian belakang perut terdapat permulaan sirip, dan belut sawah ini mempunyai tiga lengkung insang.
2. Belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell)
Belut rawa
Panjang badan belut rawa adalah 30 x tingginya. Letak permulaan sirip punggung berada di muka dubur. Belut rawa memiliki lubang insang kecil terletak di bagian perut dan memiliki empat lengkung insang.
3. Belut bermata sangat kecil (Macrotrema caligans/Cantor)
Belut bermata kecil
Belut ini mempunyai mata yang sangat kecil berada di atas bibir bagian tengah, letak permulaan sirip punggung berada di bagian tengah dubur dan memiliki empat lengkung insang.
Dari tiga jenis belut di atas hanya belut sawah yang banyak dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa dan belut bermata kecil tidak banyak dikenal oleh masyarakat, karena jumlahnya sangat terbatas.

Cara Budidaya Belut
Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.
Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:
A. Persyaratan Lokasi
Lokasi kolam budidaya belut
  1. Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.

  2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

  3. Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.

  4. Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
B. Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8 – 1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.

Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
2. Jerami
3. Pelapah pisang
4. Bambu
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
6. Air
7. Cangkul, parang,
C. Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.
Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:
D. Kolam Budidaya
Kolam budidaya belut
Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.

Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.


Pemeliharaan
I. PROSES PEMBENIHAN
Induk belut
Proses pembenihan belut diawali dengan menyiapkan bibit induk belut 2 macam ukuran yang berbeda umur yaitu:
  1. Belut yang panjangnya antara 20-30 cm. Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin.

  2. Belut yang panjangnya sudah lebih 40 cm. Belut ini berfungsi sebagai pejantan.
Belut yang dimasukkan dalam kolam peternakan adalah satu ekor jantan dan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 meter persegi. Proses pembenihan belut melalui pemijahan berbeda dengan pemijahan jenis-jenis ikan lain pada umumnya yang lebih banyak pejantannya dibanding betina. Selama pemijahan air harus tetap mengalir, walau secara pelahan-lahan.
Berikut dijelaskan proses pemeliharaan belut:
a. Pemeriksaan induk
Belut jantan dan betina
Setelah induk-induk dimasukkan dalam kolam perkawinan (peternakan), kolam harus diperiksa setiap hari. Kalau mulai terlihat gelembung-gelembung busa, tandanya belut sudah membuat lubang perkawinan. Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan ajir bambu, guna memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan nanti. Busa tersebut akan tetap terlihat sampai sepuluh hari kemudian, setelah itu akan menghilang. Hilangnya busa ini menunjukkan kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.
Menetasnya telur tinggal menunggu waktu saja. Biasanya dalam sepuluh hari kemudian telur-telur sudah menetas. Sebelum telur menetas kita harus selalu mengawasinya dengan baik.
Setelah menetas dan anak-anak belut berumur 5-8 hari, sebaiknya benih-benih tersebut segera diambil. Pada umur ini benih belut belum mampu menyebar ke berbagai penjuru untuk menggali lubang dan masih tetap berkumpul di lubang sarang induknya. Ukuran benih pada saat ditangkap kira-kira baru sepanjang 1,5 - 2,5 cm dan untuk menangkap benih ini sebaiknya kolam jangan dikeringkan. Pertama tangkaplah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala sodoran bermata lembut. Selanjutnya induk-induk lain dipindahkan ke kolam penampungan induk.
b. Tanda-tanda kelamin belut
Ciri-ciri kelamin belut betina adalah panjangnya antara 10-30 cm, kulitnya berwarna lebih cerah/muda dan bentuk kepalanya runcing sedang belut jantan panjangnya antara 30-50, warna kulitnya lebih tua dan bentuk kepalanya tumpul. Sifat kelamin pada belut dapat berubah-ubah atau Progynus Hermaphrodite dimana seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina, masa jantan, dan akhirnya dapat menjadi kanibal (saling bunuh dan makan antar mereka).
c. Pendewasaan belut
Belut dewasa
Membesarkan benih belut diperlukan kolam pemeliharaan yang cukup persediaan makanan, dan cukup sehat lingkungan guna pertumbuhan yang baik.

Jumlah benih yang bisa ditebarkan dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m². Jadi untuk kolam seluas 100 m² bisa ditebarkan benih sebanyak 50.000 ekor belut. Masa pemeliharaan benih belut ini tak boleh lebih dari 2 bulan karena kolam harus dibongkar dan diperbaharui lagi bahan organiknya. Hasil yang bisa dipungut adalah belut berukuran 5-8 cm. Jadi untuk memperolah belut konsumsi yang berukuran 30 cm ke atas jelas masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut. Tapi bagi pedagang benih, anak belut berukuran 5-8 cm ini sudah bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat menguntungkan.
II. PERBANYAKAN INDUK
kolam belut ukuran 5 m x 20 m
Untuk bisa menjadi ikan konsumsi yang disukai, diperlukan pemeliharaan kurang lebih 4 bulan. Memelihara induk belut bisa dipergunakan kolam lain seluas 100 m² atau lebih. Persiapannya mirip dengan membuat kolam pemeliharaan atau pembesaran benih. Jadi diperlukan penyediaan bahan-bahan organik (sekam padi, dedak kasar, pupuk kandang, dan ikatan-ikatan merang atau jerami) seperti pada permulaan. Tetapi jumlah belut yang kita pelihara per meter perseginya harus dikurangi. Cukup 100 ekor benih belut berukuran 5-8 cm saja untuk per meter persegi kolam. Untuk kolam pemeliharaan seluas 100 m² bisa dipelihara belut sebanyak 10.000 ekor saja.
Supaya lebih mempercepat pertumbuhan belut muda, bisa dibantu dengan memberikan makanan tambahan berupa cincangan siput, larva serangga atau cacing. Dua bulan kemudian belut konsumsi sudah siap dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memasang bubu-bubu berumpun pada malam hari, sebelum pemanenan dilakukan keesokan harinya dengan cara mengeringkan kolam. Hasilnya adalah ikan-ikan belut berukuran 25-30 cm. Belut-belut serupa inilah yang paling banyak dicari konsumen.
III. MAKANAN POKOK DAN MAKANAN TAMBAHAN
nasi, bekatul, tepung ikan
Pada waktu masih kecil belut, memakan jasad-jasad renik. Jika telah dewasa memakan juga larva-larva, serangga, cacing tanah serta benih-benih ikan yang masih lemah. Sedangkan makanan tambahan adalah seperti tepung ikan, dedak, bekatul, pelet, sisa-sisa dapur, nasi dan lain sebagainya.

Pemanenan
Waktu Pemanenan
Memanen belut
Pemanenan dapat dilakukan bertahap, selama pemeliharaan dengan waktu 6 bulan bisa dipanen sebanyak 6 kali. Panenan pertama dapat dilakukan setelah 1,5 bulan dari mulai benih dimasukan. Panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 minggu sekali. Tiap pemanenan sebaiknya dilakukan pada bagian yang terendam air saja. Jadi tempat sarang mereka tidak terganggu. Kecuali pada panen total di mana seluruh tanah lumpur sarang mereka dibongkar semuanya.
Kalau menginginkan panen bertahap terus-menerus, selama itu pula tempat sarang mereka jangan diganggu. Atau dapat digunakan sistem 2 bak yang saling berhubungan. Semula keduanya merupakan bak tempat berkembang biak, setelah diadakan panen pertama bak yang satu tetap sebagai tempat berkembang biak sedang yang satunya lagi sebagai tempat pengambilan. Kedua bak ini dibatasi dinding penyekat. Pada dinding tersebut dibuat lubang penghubung yang berfungsi sebagai jalan para belut berpindah tempat dari bak pembiakan ke bak pengambilan. Permukaan bak pengambilan dibuat lebih rendah sehingga belut yang sudah terlanjur pindah kemari tidak dapat balik lagi ke bak pembiakan.
Pengolahan Belut
Produk Olahan Belut
Belut yang siap dimasak
Badan belut dipisahkan dengan cara membuang bagian kepala, isi perut dan insangnya, potongan badan belut tersebut direntangkan di atas talenan. Daging belut tersebut bisa diolah menjadi berbagai masakan melalui cara disetup, direbus, disemur, digoreng, dipepes, maupun dipanggang. Cara memasaknya bisa dibiarkan tetap utuh, dipotong-potong (kalau besar) atau dibuat filet (irisan-irisan yang tidak lagi berduri). Sebelum diolah daging belut perlu dibersihkan dulu dari lendirnya, dengan cara memberi abu atau meneterasinya dengan air jeruk nipis. Selanjutnya belut dicuci bersih setelah dikerok badannya dengan pisau tumpul.
Setelah lendir bersih, letakkan belut diatas nyiru yang telah diberi alas daun jati. Kemudian perut dibelah memanjang. Untuk membuang isi kotoran, jangan sampai membasahi daging, yang berakibat rasa daging akan menjadi pahit. Perut dibersihkan sampai tulang punggung, lalu insang dibuang, dan ekornya dipotong.
Cara membuat dendeng belut
dendeng belut
Daging belut yang sudah dibersihkan, kemudian ditumbuk agar bentuknya menipis dan melebar. Setelah itu dicuci bersih, lalu direndam dalam bumbu dendeng yang terbuat dari bawang merah, tumbar, jinten, gula asam dan bawang putih.
Setelah direndam dalam bumbu selama 20 menit, keringkan daging tersebut pada sinar matahari. Untuk menghindari kerumunan lalat dan kerusakan oleh mikroba, sebaiknya dibuatkan pengeringan khusus dari plastik (rumah plastik).
Cara membuat belut asap
belut asap
Cara membuat masakan belut asap yaitu setelah daging dicuci bersih. Selanjutnya direndam dalam bumbu yang terdiri dari garam dapur, sendawa, gula dan merica. Kemudian direndam selama 1-2 jam, daging dicuci dengan air bersih, lalu dicelupkan dalam air panas sebentar. Selanjutnya daging ditiriskan dengan cara digantungkan selama 3 jam. Daging belut yang telah ditiriskan bisa langsung diasap dengan bahan bakar yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang pada suhu tinggi akan menjadi komponen-komponen asap seperti: karbonil, asam organik, alkohol, fenol, basa organik, hidrokarbon, dan gas-gas lainnya. Asap yang mengandung fenol dapat mempengaruhi rasa dan aroma, bisa sebagai antioksidan dan membuat warna coklat menarik.
Pembuatan asap juga dapat dilakukan dengan cara menaburkan bahan di atas arang membara, lalu diperciki air gula atau minyak lemak untuk membuat aroma lebih sedap. Setelah itu pengasapan daging bisa dimulai. Lama Pengasapan daging belut sangat tergantung dari suhu asap, ruang pengasapan, keadaan udara, ukuran bahan, dan hasil yang diinginkan si pembuat. Apabila pengasapan mempergunakan suhu rendah (27-32 °C) memerlukan waktu sampai lima hari dan apinya tak boleh padam. Tetapi kalau mau memakai suhu tinggi, mula-mula dilakukan pada suhu 32 °C selama 4 jam, baru kemudian dilanjutkan pada suhu 55-65 selama 2-3 jam.
Cara membuat sate belut
sate belut
Setelah belut dibersihkan isi perutnya, daging belut dibelah pada bagian punggungnya menyusuri tulang punggung sampai terbuka. Hilangkan tulang-tulang dan bagian kepalanya, selanjutnya daging dipotong-potong melintang sesuai ukuran yang diinginkan (kurang lebih 12 cm). Kemudian potongan daging ditusuk dengan 3-4 buah tusuk sate sampai terbuka seluruhnya.
Sebelum dipanggang bilaslah dahulu dagingnya dengan air panas, direbus sebentar saja, lalu dimasukkan dalam saus bumbu. Selanjutnya daging dipanggang di atas bara sambil sekali-kali dicelupkan dalam bumbu. Sate belut sudah cukup matang apabila warnanya sudah terlihat kecoklat-kecoklatan. Sate belut sangat sedap dihidangkan dengan bumbu kecap atau saus kacang.

Penutup
Kesimpulan
Budidaya belut tidak membutuhkan lahan yang luas, cukup dengan membangun kolam dari drum/tong, kolam tembok, dan kolam jaring. Belut juga mempunyai nilai gizi yang tinggi, terutama kandungan protein dan kalorinya, yang dikonsumsi dengan cara mengolah menjadi menu masakan seperti direbus, disemur, digoreng, dipepes, maupun dipanggang atau disate.
Prospek bisnis belut juga sangat bagus. Jika dibudidayakan secara sungguh-sungguh dapat menambah penghasilan Untuk pemasarannya juga sangat mudah, sampai sekarang kebutuhan belut dalam negeri belum mencukupi, apalagi belut juga merupakan komoditas ekspor yang cukup banyak peminatnya di luar negeri.

Daftar Pustaka
  1. Drs. Ruslan Roy .MM. 2006. Petunjuk Praktis Beternak Belut – Budidaya di Kolam tembok, Kolam jaring, Drum – Jakarta : PT. Agro Media Pustaka –

  2. Ir. Abbas Siregar Djarijah.2006. Budi Daya belut – Mengulas Tatacara Membudidayakan Belut Sawah, sejak Penyiapan Kolam, Penyediaan Benih, Pemberian Pakan, Perawatan hingga Pemanenan - Yogyakarta : Kanisius.

  3. Ir.Hieronymus Budi Santoso. 2003. Pemeliharaan dan Pembesaran Belut – Salah Satu Komoditas - Unggulan Perikanan – Yogyakarta : Kanisius.Ir. H. Rahmat Rukmana – Budi Daya Belut – Yogyakarta : Kanisius.

  4. [1982]. Beternak belut: mari mencoba sendiri

  5. B. Sarwono. 1997. Budidaya belut dan sidat. Penebar Swadaya. Jakarta.

  6. http://budidayafurniture.blogspot.com/2007/09/belut.html

  7. http://shw.fotopages.com/17405492.html

  8. http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/05/budidaya-belut-2/

1 komentar: