Jumat, 09 Maret 2012

Biosecure Hasilkan Koi Kualitas Tinggi

22 September 2011
PENGGEMAR ikan hias tentu tidak asing dengan nama Koi atau Cyprinus Capriyo. Ikan yang sekilas mirip ikan Mas ini bukan hanya warnanya yang menarik untuk dilihat, namun kepercayaan sebagian masyarakat bahwa Koi membawa hoki membuat banyak orang yang memelihara ikan hasil karya orang Jepang tersebut. Meski sudah banyak yang mencoba budidaya ikan Koi, di Sukabumi terdapat sekelompok pengembangbiakan ikan Koi militan dengan nama Mizumi Koi Farm Sukabumi (MKFS). Para petani ikan Koi ini merupakan binaan PT Bio Farma (Persero). Yang unik dari MKFS adalah metode pengembangbiakannya menggunakan sistem modern melalui kolam Biosecure atau bisa disebut juga kolam aman secara biologi.

Ikan Koi yang berasal dari Cina dibawa ke Jepang sekitar 1.000 tahun lalu. Di Jepang, tepatnya di Provinsi Niigata, ikan Koi dibudidayakan dengan menyilangkan warna-warni dan sejak saat itulah budidaya ikan Koi berkembang pesat serta menjadikan Niigata menjadi pusat Koi terbaik dunia.

Pascagempa tsunami Jepang beberapa waktu lalu, permintaan ikan Koi dalam negeri meningkat. Melihat peluang ini, CSR PT Bio Farma (Persero) membidik petani ikan Koi Sukabumi untuk mengembangbiakan ikan Koi dengan menerapkan sistem Biosecure. Menurut Manager Public Relation (PR) PT Bio Farma (Persero) N Nurlela, pembinaan petani ikan Koi dilaksanakan di Kampung Cisitu, Desa Sukamulya, Kecamatan Caringin, Sukabumi. Dipilihnya Sukabumi, selain sebagai anjuran pemerintah provinsi karena Sukabumi menjadi daerah tertinggal kedua di Jabar, juga karena Sukabumi terletak di bawah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan kekayaan sumber air yang baik sebagai suplai air untuk budidaya ikan.

“Dengan lingkungan alam yang masih mendukung, upaya pengembangan kembali usaha ikan Koi diharapkan dapat membuka dan memperbanyak kembali peluang usaha di pedesaan Kabupaten Sukabumi,” kata Nurlela, di Kantor PT Bio Farma Jalan Pasteur, Selasa (20/9).

Usaha ikan Koi di Sukabumi, ungkapnya, pernah berjaya dan menjadi andalan masyarakat. Namun usaha ini berkurang seiring menyusutnya populasi ikan Koi akibat serangan virus herpes (Koi herves virus/KHV). Serangan ini diakibatkan cara pembudidayaan ikan Koi yang umumnya masih secara tradisional. Untuk meningkatkan kembali usaha ini, melalui CSR Bio Farma mengenalkan sistem Biosecure untuk diterapkan dalam budidaya ikan Koi.

Secara sederhana, teknik Biosecure adalah pembuatan kolam yang aman secara biologi. Pemilihan teknik ini karena dinilai bisa menjauhkan ikan dari penyakit KHV yang mudah menular ke ikan lain.

Meskipun virus herpes tergolong jenis virus yang lemah, dengan tingkat mutasi yang perlahan- lahan menyebabkan virus ini menjadi relatif berbahaya dan dapat menimbulkan permasalahan yang lebih besar.

“Biosecure atau Bio-security adalah aturan atau tata cara untuk mencegah penularan atau perpindahan bakteri atau virus, dari satu makhluk hidup yang sudah terlebih dahulu tertular, kepada makhluk hidup lainnya yang belum atau tidak pernah tersentuh sebelumnya,” ujar Nurlela.

Kolam ikan pun harus tertutup secaar monokultur atau pembudidayaan satu jenis dengan perlakuan ketat. Mulai dari pasokan dan penyaluran air hingga teknik perawatan ikan. Selain terhindar dari penyakit herpes, ikan juga lebih produktif serta ukuran lebih besar dan warna lebih cerah. Bahkan daya tahan hidup ikan juga menjadi lebih kuat. Bila pengembangbiakan dilakukan petani dengan cara sebelumnya, tingkat kematian yang timbul dapat mencapai antara 50%- 100%.

Selain menerapkan Biosecure, ikan Koi untuk dikembangbiakkan didatangkan langsung dari Jepang sebanyak 18 induk Koi berkualitas tinggi yang terdiri dari empat jenis, yaitu Sanshoku (warna hitam dengan pola merah dan putih), Kohaku (warna putih dengan pola merah), Shanke (warna putih dengan pola merah, hitam dan kuning) serta Shiro (warna putih dengan pola hitam).

“Dengan Biosecure serta induk berkualitas, pencapaian hasilnya bagus. Dari hasil pemijahan tiga bulan sekali, jumlah ikan yang dihasilkan dari Juli 2010 sampai Juli 2011 mencapai 80 ribu ekor. Dengan hasil ini, pendapatan bersih petani setiap tahun bisa mencapai Rp 82 juta. Ini membantu kesejahteraan para petani, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan Kabupaten Sukabumi, serta mengajak masayarakat untuk mandiri,” katanya.

Selain membina sekitar 40 orang petani yang tergabung dalam kelompok MKFS, menurut Nurlela, ada rencana penambahan jumlah petani melalui pembinaan dan pelatihan kembali kepada masyarakat sekitar oleh petani eksisting yang telah berpengalaman dalam membudidayakan ikan Koi.

Ia juga menambahkan, untuk program CSR ini PT Bio Farma telah menggulirkan dana sekitar Rp 8 miliar. Selain ikan Koi, CSR Bio Farma juga mengembangkan budidaya bawang merah dan cabe rawit domba di Desa Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi. (*)


link : http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/84242/biosecure-hasilkan-koi-kualitas-tinggi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar